Bintang Bethlehem
SETIAP
tanggal 25 Desember, umat Nasrani memperingati hari kelahiran Yesus sang Isa
al-Masih. Injil menyebutkan, kelahirannya ditandai sebuah bintang- dikenal
sebagai Bintang Bethlehem-yang menunjukkan tempat kelahiran Al-Masih di Kota
Bethlehem (Bait al-Lahm) yang berarti kota kelahiran.
NAMUN, keberadaan Bintang Bethlehem sampai saat ini masih menjadi misteri, sehingga manusia
terus berupaya mengungkapnya. Sebenarnya dengan mengetahui tanggal kelahiran Yesus sang Isa al-Masih
misteri bisa diungkap. Sayangnya, tanggal dan hari kelahiran Al-Masih juga masih teka-teki.
Dengan menganggap Bintang Bethlehem sebagai fenomena alam, pengetahuan astronomi yang berkembang saat ini memungkinkan untuk mereka-ulang fenomena langit yang telah terjadi. Hal ini karena penampakan benda-benda di langit umumnya periodik dan mempunyai keteraturan.
Dalam Injil Mathius disebutkan bahwa Al-Masih lahir pada masa Raja Herodes yang menurut ahli sejarah meninggal sekitar 4 SM. Ini berarti kelahiran Al-Masih terjadi sebelum atau tepat tahun 4M.
Dari Injil yang sama, diketahui paling tidak ada sembilan syarat yang harus dipenuhi oleh benda langit untuk disebut sebagai Bintang Bethlehem. Kesembilan ciri tersebut adalah, obyek mengabarkan kelahiran, mengisyaratkan kerajaan atau keagungan, ada kaitan sejarah dengan bangsa Yahudi, terlihat terbit di arah timur oleh orang-orang Majus, penampakan bintang selalu berpindah, penampakan bertahan selama beberapa waktu, terlihat mendahului orang- orang Majus ketika mereka berangkat menuju Bethlehem di arah selatan, berhenti saat orang-orang Majus berada Kota Bethlehem, dan Herodes tidak mengenalinya.
Kandidat meteor
Dengan berbagai persyaratan itulah astronom bekerja mencari Bintang Bethlehem. Maka, pertanyaan berikutnya adalah, mungkinkah Bintang Bethlehem sebuah meteor?
Meteor adalah kilatan cahaya di langit yang terjadi ketika debu-debu angkasa memasuki atmosfer Bumi dan terbakar. Umumnya meteor yang dilihat hanya seukuran pasir dan akan habis terbakar di atmosfer.
Untuk dapat menjadi Bintang Bethlehem, meteor yang dilihat oleh orang-orang Majus harus muncul di arah timur. Selain itu harus ada meteor lain pada waktu yang berbeda, yang bergerak mendahului orang-orang Majus saat menuju Bethlehem dari Jerusalem dan kemudian berhenti di atas kota kelahiran Al-Masih itu.
Memang kemunculan meteor dapat dari arah mana pun dilihat dari muka Bumi. Penampakannya juga kurang lebih satu detik, meski ada pula meteor besar yang disebut sebagai fireball dengan kecermelangan, seperti Planet Venus, dan dapat bertahan beberapa detik sambil meninggalkan jejak asap di belakangnya.
Penampilan meteor tampaknya sesuai dengan penggambaran di atas, namun durasinya yang singkat membuatnya sukar dikesani sebagai “diam” di atas Kota Bethlehem oleh orang-orang Majus. Bila dikaitkan dengan tradisi, penampakan meteor tidak pernah dianggap sebagai pertanda kelahiran calon pemimpin.
Nova dan supernova
Bagaimana dengan nova atau supernova? Nova, berasal dari Nova Stella yang berarti bintang baru, merupakan bintang yang cahayanya menjadi sangat terang secara tiba-tiba.
Sebenarnya bintang ini sudah ada sebelumnya, hanya saja tidak menarik perhatian karena teramat lemah cahayanya. Kini diketahui nova adalah bintang meledak. Terang cahaya nova bisa 50.000 kali lebih terang daripada Matahari dan mampu bertahan hingga berbulan-bulan sebelum akhirnya meredup kembali.
Peristiwa supernova jauh lebih dahsyat daripada nova. Bintang yang meledak bisa miliaran kali lebih terang daripada sebelumnya. Catatan astronomi menunjukkan, sejak penemuan teleskop tahun 1610 hingga kini, belum ditemukan supernova dalam galaksi kita, Bima Sakti.
Supernova terakhir di Bima Sakti ditemukan tahun 1054 (dicatat oleh astronom Cina dan Jepang), 1572 (diamati oleh Tycho Brahe, astronom Denmark), dan 1604 (diamati oleh Kepler).
Dalam catatan astronomi Cina kuno tidak ditemukan supernova pada sekitar 5 SM, hanya sebuah nova pada sekitar tanggal 10 Maret-27 April pada tahun yang sama di rasi Capricornus (Kambing Laut). Nova ini bisa jadi yang dimaksud oleh orang-orang Majus sebagai bintang yang mereka lihat terbit di timur.
Sayangnya, Nova, seperti bintang-bintang lainnya, posisinya relatif tetap dan tidak akan tampak bergerak. Selain itu, penampakan nova di langit malam akan membuatnya menjadi obyek yang mencolok dan mudah dikenali, sehingga semestinya Herodes juga mengetahuinya.
Komet
Teori lain menyebutkan bahwa penampakan bintang di rasi Capricornus tersebut adalah komet. Meskipun manuver yang diperlukan dalam syarat Bintang Bethlehem dipenuhi bintang berekor ini, sayangnya dalam berbagai budaya komet identik dengan pertanda buruk atau bencana. Jadi, komet juga tidak mungkin sebagai Bintang Bethlehem.
Konjungsi Jupiter-Saturnus
Mungkinkah bintang tersebut adalah planet-planet dengan konfigurasi tertentu? Penelusuran jauh ke belakang membawa pada peristiwa konjungsi antara dua planet raksasa di Tata Surya, Jupiter dan Saturnus, yang dimulai Mei 7 SM di rasi Pisces (Ikan).
Peristiwa konjungsi terjadi bila dua atau lebih obyek langit terlihat berdekatan di angkasa. Gerhana Matahari total adalah salah satu contoh peristiwa konjungsi Bulan-Matahari yang spektakuler.
Yang membuat konjungsi pada tahun tersebut menjadi menarik adalah kejadiannya yang tidak hanya satu kali, melainkan tiga kali. Peristiwanya sendiri sudah diprediksikan dalam Almanak Sippur yang ditulis pada 17 SM atau 10 tahun sebelumnya.
Konjungsi pertama antara Jupiter-Saturnus terjadi pada 29 Mei 7 SM di rasi Pisces, yang dalam astrologi dikaitkan dengan Bani Israel. Jupiter dan Saturnus pada tanggal di atas, dari wilayah Jerusalem, muncul setelah lewat tengah malam sehingga akan terlihat di arah timur sebelum Matahari terbit.
Empat bulan berikutnya, tepatnya 1 Oktober 7 SM, kembali terjadi konjungsi Jupiter dan Saturnus. Kali ini kedua planet terbit beriringan di timur pada saat Matahari terbenam sehingga akan teramati sepanjang malam.
Jupiter (magnitudo: -2,9) dan Saturnus (magnitudo: +0,2) yang tampak berdekatan di langit akan dikesani oleh mata telanjang sebagai sebuah bintang yang cemerlang. Sangat dimungkinkan pertanda inilah yang mendorong orang-orang Majus memulai perjalanan mereka ke Jerusalem, sesuai ucapan mereka ketika menjumpai Raja Herodes, “Kami telah melihat bintang-Nya di timur…” (Matius 2:2).
Perjalanannya dari timur Jerusalem, sehingga sangat dimungkinkan orang-orang Majus ini berasal dari wilayah Babilonia yang memang berada di sebelah timur kota ini. Sangat mungkin pula mereka adalah ahli perbintangan yang dihormati, mengingat Raja Herodes menaruh perhatian besar atas berita yang mereka bawa.
Posisi Jupiter yang terbit berlawanan dengan arah Matahari dan berada di rasi Pisces pada konjungsi kedua ini dikenal sebagai King Maker Formation, suatu pertanda bahwa raja baru akan dilahirkan. Ini seperti yang diutarakan para imam dan ahli Taurat kepada Raja Herodes, bahwa Mesias akan dilahirkan di Bethlehem sebagaimana tertulis dalam kitab nabi (Matius 2:5).
Ketidaktahuan Raja Herodes perihal waktu kemunculan bintang tersebut juga dialami oleh para penggembala (Lukas 2:8-12). Peristiwa yang terjadi memang hanya melibatkan benda-benda langit yang lazim mereka jumpai, sehingga hanya ahli perbintangan (astrologi) seperti orang-orang Majus itulah yang memahami apa yang terjadi di langit.
Penuhi persyaratan
Sejauh ini enam syarat pertama dipenuhi oleh konjungsi Jupiter-Saturnus. Bagaimana dengan tiga syarat lainnya?
Dari Jerusalem, orang-orang Majus menuju ke Bethlehem di arah selatan, tempat Al-Masih dilahirkan. Mereka mengamati bahwa bintang yang awalnya mereka lihat di timur itu kini mendahului mereka dan berhenti di atas kota di mana Al-Masih berada (Matius 2:9).
Bahwa orang-orang Majus masih dapat melihat obyek yang sama dengan yang pertama kali mereka amati (konjungsi kedua, pada awal Oktober 7 SM), hal ini secara langsung menunjukkan bahwa penampakan obyek tersebut bertahan beberapa waktu.
Konjungsi ketiga Jupiter-Saturnus terjadi pada 5 Desember 7 SM. Posisi kedua planet pada konjungsi kali ini berada di sebelah selatan khatulistiwa langit, sehingga tidak mengherankan bila orang-orang Majus melihatnya sebagai bintang yang bergerak mendahului mereka di arah selatan.
Simulasi pemandangan langit juga menunjukkan bahwa keduanya mencapai zenit (titik tertinggi yang dapat dicapai dalam peredaran harian di bola langit) setelah terbenamnya Matahari. Bila orang-orang Majus dapat tiba di Bethlehem pada saat kedua planet mencapai zenit, tentunya mereka akan mendapati Jupiter dan Saturnus seolah-olah berhenti di atas kota Daud tersebut, sebab tidak mungkin lagi bagi Jupiter dan Saturnus untuk beranjak lebih tinggi.
Teori lain
Michael Molnar, astronom dari Rutgers University, berteori bahwa Bintang Bethlehem adalah okultasi Jupiter oleh Bulan. Peristiwa okultasi terjadi bila Bulan melintas di depan benda langit lainnya dan menutupinya untuk sementara waktu. Teori Molnar muncul setelah mempelajari sebuah koin yang berasal dari Antioch bertahun 13 M. Pada koin tersebut tergambar seekor domba jantan yang sedang memandang sebuah bintang terang di dekat bulan sabit.
Molnar menyimpulkan bahwa peristiwa okultasi memiliki makna yang besar bagi orang- orang zaman dulu. Penelusurannya ke masa silam menunjukkan dua peristiwa okultasi Jupiter oleh Bulan pada 6 SM yang dapat diamati dari kawasan Timur Tengah. Menghilangnya Jupiter di balik Bulan dan kemunculannya kembali beberapa saat kemudian, memberi pertanda pada orang- orang Majus perihal kelahiran seorang raja baru. Rasi tempat terjadinya peristiwa langit ini, Aries (domba jantan), dalam astrologi dikaitkan dengan wilayah Palestina.
Namun, keberatan muncul karena dalam teori konjungsi ada lebih dari satu obyek langit yang terlibat. Padahal, orang-orang Majus menyebut Bintang Bethlehem dalam bentuk tunggal.
Mungkin hakikat Bintang Bethlehem tidak akan benar- benar dipahami. Terkadang sebuah misteri lebih baik tetap menjadi misteri karena di baliknya tersimpan tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Selamat merayakan Natal 2003 dan semoga kedamaian senantiasa ada di negeri ini.
Judhistira Aria Utama SSi, Himpunan Astronom Amatir Bandung (HAAB), Forum
Kajian Ilmu Falak “ZENITH”
Sumber: Kompas, Selasa, 23 Desember 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar